1. Contoh
Teori Pavlov dalam Classical Conditioning
Desensitisasi Sistematis, Penerapan Teori Pavlov
dalam Terapi Ketakutan pada Kucing
Teori
Kondisioning Pavlov bisa digunakan untuk mengubah perilaku phobia. Prosedur
yang disebut dengan desensitisasi sistematis ini, telah digunakan untuk
menghilangkan phobia. Misalnya seseorang sangat takut dalam ujian. Ketakutan
ini bisa saja disebabkan dirinya tidak menguasasi pelajaran. Apa yang dapat
dilakukan agar ia bisa menjalani ujian tanpa merasa takut? Jawabannya adalah
desensitisasi sistematis, suatu terapi yang dikembangkan oleh Joseph Wolpe,
untuk menghalangi munculnya rasa takut dan menekan perilaku phobia. Desensitisasi
melibatkan relaksasi selagi membayangkan peristiwa yang menyebabkan ketakutan.
Berasal
dari penelitian terhadap binatang terapi Wolpe dikembangkan dari risetnya
terhadap binatang. Ia memberi kejutan sekelompok kucing dalam sangkar mereka
setelah mereka mendengar suara bel listrik. Terhadap kucing yang lain, ia
memasangkan bel listrik dengan makanan dalam sangkar mereka dan kemudian
memberi kejutan. Kedua kelompok kucing itu kemudian menunjukkan ketakutan yang
ekstrim terhadap bel listrik; satu indikasi ketakutan mereka adalah penolakan
mereka untuk makan ketika mendengar bel listrik. Jadi, selama ketakutan
mencegah untuk makan, maka, menurut Wolpe, makan bisa menekan ketakutan. Wolpe
kemudian menggunakan kontra kondisioning– yaitu proses pembentukan sebuah
respon untuk melawan respon yang diperoleh sebelumnya, sebagai cara efektif
yang berpotensi untuk mengobati perilaku phobia manusia. Awalnya, Wolpe
memindahkan kucing yang takut pada bel dan lingkungan yang pernah ditempati
kucing ketika ketakutan pada bel itu terbentuk, ke sebuah sangkar yang sangat
berbeda dari sangkarnya dulu. Wolpe mengamati bahwa kucing-kucing itu makan
dalam sangkar yang berbeda tanpa terlihat ketakutan selama dan sesudah makan.
Wolpe menyimpulkan bahwa dalam lingkungan yang berbeda, respon makan mengalahkan
respon ketakutan. Dalam sangkar yang berbeda, ketakutan dihilangkan. Alasan
berkurangnya ketakutan yang dikondisikan dalam sangkar yang berbeda
digeneralisir sebagai sangkar kedua. Ketika menggunakan proses kontra
kondisioning, Wolpe menemukan bahwa pemunculan makanan dalam sangkar dengan
cepat akan membalikkan ketakutan kucing.
2. Contoh
mengenai teori perkembangan moral dari Kohlberg
-
Tingkat 1
Moralitas Prakonvensional
Tahap 1 : Orientasi
Kepatuhan dan Hukuman
Contoh :
a.
Siswa
tidak mengerjakan tugas rumah maka akan mendapatkan sanksi oleh guru.
b.
Seorang
siswa rajin belajar agar dia bisa menjadi juara kelas.
Tahap 2 : Orientasi
Instrumental ( saling memberi dan menerima )
Contoh :
a.
Anak
kecil mendapat peringkat di kelas maka orang tua nya memberikan hadiah.
b.
Siswa
meminta bantuan kakaknya untuk mengerjakan pekerjaan rumah, jika kakak
membantunya maka ia akan membantu kakaknya membersihkan rumah.
-
Tingkat 2
Moralitas Konvensional
Tahap 3 : Orientasi
Anak Baik
Contoh :
a.
Anak
berperilaku sopan dan santun kepada orang yang lebih tua.
b.
Seorang
anak mengutamakan rasa kebersamaan dengan sahabat baiknya jika sahabatnya sedih
maupun senang
Tahap 4 : Orientasi
Mempertahankan Sistem
Contoh :
a.
Siswa
mematuhi tata tertib sekolah dengan memakai seragam lengkap saat upacara
bendera.
b.
Seorang
pengguna jalan membawa STNK dan SIM saat berkendara untuk menaati peraturan lalu
lintas .
-
Tingkat 3
Moralitas Pascakonvensional
Tahap 5 : Orientasi Kontrak Sosial
Contoh :
a.
Anak
ikut membantu membersihkan lingkungan rumah supaya menjadi bersih dan
menanamkan rasa gotong royong
b.
Seorang
mahasiswa mengerjakan tugas dari dosen selain untuk memenuhi kewajibannya
sebagai mahasiswa dia juga berharap untuk dapat memperoleh hasil study yang
bagus.
Tahap 6 : Orientasi pada Prinsip Etika
Universal
Contoh :
a.
Anak bebas memeluk agama dan bertoleransi terhadap
agama lain.
b.
Seorang
hakim harus yang memberikan vonis kepada suatu perkara sesuai ketentuan hukum walaupun
bertentangan dengan hati nuraninya.