Free MusicNotes Cursors at www.totallyfreecursors.com
WELCOME TO MY BLOG

Kamis, 29 Desember 2016

komunitas online ANAK-ANAK TERANG

ANAK-ANAK TERANG

 
          Pada tanggal 28 Desember 2016, dilakukan wawancara terhadap salah seorang relawan AAT Sekertariat Bandung yang juga merupakan Staff Admin Sistem Informasi Anak Asuh Yayasan AAT yaitu, Eka Candra. Wawancara dilakukan dengan via chat karena keterbatasan waktu dan jarak yang tidak memungkinkan.

        “AAT ialah singkatan dari Anak-Anak Terang yang berdiri dari sekolompok orang. Jadi awalnya ada sekolompok orang yang melihat adanya 25 anak SMP di Kampung Jembatan Jakarta pada tahun 2002-2003 yang tidak dapat melanjutkan pendidikan karena donatur anak-anak tersebut telah menyatakan tidak mampu membiayai lagi pendidikan mereka.  Awalnya pencarian dana dilakukan hanya terkumpul untuk membiayai 10 dari 25 anak, namun karena tidak mungkin jika tidak dibiayai 15 anak lainnya, akhirnya kelompok ini menyebarkan ke teman-teman dari masing-masing orang. Hingga pada akhirnya uang yang terkumpul malah melebihi ekspektasi yang dibutuhkan. Akhirnya pada tanggal 1 Agustus 2002 secara resmi lahirlah kelompok Anak Anak Terang.” Ujar Kak Eka menjelaskan latar belakang dari Yayasan AAT

       Berdasarkan website dari Yayasan Anak-Anak Terang Indonesia, yang dapat di akses di www.aat.or.id, visinya ialah menjadi komunitas yang menaungi siapa saja yang mempunyai kepedulian yang sama pada anak-anak yang kurang beruntung di bidang pendidikan formal. Dan untuk mencapai visi tersebut, AAT melakukan misi yaitu, memberikan pelayanan beasiswa pendidikan formal bagi anak-anak asuh, serta mendampingi anak-anak asuh dengan perhatian dan kasih sayang sehingga anak-anak asuh dapat menyelesaikan pendidikan formal dengan baik.

       AAT sudah berkembang dan menjangkau kota-kota di Indonesia. Sejauh ini, AAT telah memiliki 8 sekretariat se-Indonesia yang tersebar di Bandung, Jakarta, Yogyakarta, Madiun Malang, Padang, Pontianak, Purwekerto, dan Semarang.
Sampai saat ini, anak asuh “Anak Anak Terang” sudah mencapai ribuan anak dan tersebar di berbagai tempat. Dimana setiap tahun sekitar 2000-an anak dibantu. Anak-anak asuh yang pernah dibantu dan yang masih berlanjut hingga sekarang adalah anak-anak asuh dengan jenjang pendidikan dari SD, SMP, SMU/SMK hingga Perguruan Tinggi. 

       “Pemberian beasiswa kepada anak asuh sendiri dilakukan beberapa tahap. Pertama, sekolah-sekolah bekerja sama dengan AAT. Kemudian, sekolah akan mengajukan anak-anak yang dianggap butuh untuk dibantu. AAT akan datang ke sekolah yang mengajukan untuk diwawancarai, dan sebgainya.” Ujar kak Eka
Dalam membiayai anak-anak asuh, AAT memberikan tempat untuk para donatur memberikan donasinya dengan men-transfer ke nomor rekening yang dapat diakses di http://sianas.aat.or.id/. Selain itu pengumpulan dan diadakan dengan sistem lelang. Bagi donatur yang ingin menjadi orang tua asuh, dapat membuka di website AAT dan mendaftarkan diri sebagai orang tua asuh, dan para calon orang tua asuh dapat memilih anak asuhnya sendiri. (Orang tua asuh disini artinya membiayai pendidikan formal anak asuhnya.)






[Pictures source: www.aat.or.id ]
Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi:
Twitter     : twitter.com/beasiswaaat
Email         : beasiswa@anakanakterang.web.id


kasus KECANDUAN INTERNET



KASUS KECANDUAN INTERNET

Kecanduan Game, 4 Orang Remaja di bawa ke RSJ Grogol
Pada tahun 2012, ada empat orang remaja yang dibawa ke RSJ Grogol dalam kasus kecanduan game. Salah satu remaja tersebut sebut saja namanya Andi, sebenarnya anak yang berprestasi di sekolahnya. Masalahnya hanya satu, remaja berusia 17 tahun ini tidak pernah bisa lepas dari permainan video game yang memang sudah menjadi kegemarannya sejak masih kecil. Belakangan, saking asyiknya memainkan video game, Andi mulai menarik diri dari pergaulan dan sering bolos sekolah. Orangtua yang merasa khawatir berusaha melarang, namun ketika video gamenya diambil, maka Andi mulai kehilangan kontrol lalu ngamuk-ngamuk.

Frustasi Kecanduan Internet, Remaja Nekat Potong Tangannya
Seorang remaja berusia 19 tahun asal provinsi Jiangsu, Tiongkok, sengaja memotong tangannya sendiri demi mengobati kecanduannya berinternet.  Menurut laporan televisi lokal Jiangsu TV, remaja yang disebut sebagai 'Litlle Wang' itu memotong tangan kirinya sendiri menggunakan pisau dapur di sebuah area 'kursi publik' (sejenis taman umum)

Kecanduan internet diartikan Young (1998) sebagai sebuah sindrom yang  ditandai dengan menghabiskan sejumlah waktu yang sangat banyak dalam menggunakan internet dan tidak mampu mengontrol penggunaannya saat online. Young (Essau, 2008) juga menyatakan bahwa kecanduan internet sama seperti perilaku kecanduan lainnya, yang berisi tingkah laku yang kompulsif, kurang tertarik terhadap aktivitas-aktivitas yang lain, dan meliputi symptom-symptom fisik dan mental ketika berusaha untuk menghentikan tingkah laku tersebut. Griffiths (1998) mendefinisikan kecanduan internet sebagai tingkah laku kecanduan yang meliputi interaksi antara manusia dengan mesin tanpa adanya penggunaan obat-obatan. Orzack (dalam Mukodim, Ritandiyono & Sita, 2004) menyatakan bahwa kecanduan internet merupakan suatu kondisi dimana individu merasa bahwa dunia maya di layar komputernya lebih menarik daripada kehidupan nyata sehari-hari.

Dimensi Kecanduan Internet

Griffiths (1998) telah mencantumkan enam dimensi untuk menentukan  apakah individu dapat digolongkan sebagai pecandu internet. Dimensi-dimensinya adalah sebagai berikut:
  • Salience. Hal ini terjadi ketika penggunaan internet menjadi aktivitas yang paling penting dalam kehidupan individu, mendominasi pikiran individu (pre-okupasi atau gangguan kognitif), perasaan (merasa sangat butuh),dan tingkah laku (kemunduran dalam perilaku sosial). Individu akan selalu memikirkan internet, meskipun tidak sedang mengakses internet. 
  • Mood modification. Hal ini mengarah pada pengalaman individu sendiri, yang menjadi hasil dari bermain internet, dan dapat dilihat sebagai strategi coping. 
  • Tolerance. Hal ini merupakan proses dimana terjadinya penigkatan jumlah penggunaan internet untuk mendapatkan efek perubahan dari mood. 
  • Withdrawal symptoms. Hal ini merupakan perasaan tidak menyenangkan yang terjadi karena penggunaan internet dikurangi atau tidak dilanjutkan (misalnya, mudah marah, cemas, tubuh bergoyang). 
  • Conflict. Hal ini mengarah pada konflik yang terjadi antara pengguna internet dengan lingkungan sekitarnya (konflik interpersonal), konflik  dalam tugas lainnya (pekerjaan, tugas, kehidupan sosial, hobi) atau konflik yang  terjadi  dalam  dirinya  sendiri  (konflik  intrafisik atau  merasa kurangnya kontrol) yang diakibatkan karena terlalu banyak menghabiskan waktu bermain internet. 
  • Relapse. Hal ini merupakan kecenderungan berulangnya kembali pola penggunaan internet setelah adanya kontrol.

Tingkat Kecanduan Internet
Young (1996) membagi kecanduan internet dalam 3 tingkatan, yaitu:
  • Mild. Pada tingkatan ini individu termasuk dalam pengguna online rata-rata. Individu menggunakan internet dalam waktu yang lama, tetapi individu memiliki kontrol dalam penggunaannya.
  • Moderate. Pada tingkatan ini individu mulai sering mengalami beberapa permasalahan dari penggunaan internet. Internet merupakan hal yang penting, namun tidak selalu menjadi yang utama dalam kehidupan.
  • Severe. Pada tingkatan ini individu mengalami permasalahan yang signifikan dalam kehidupan mereka. Internet merupakan hal yang paling utama sehingga mengabaikan kepentingan-kepentingan yang lain.

Problem Control Impuls Dalam Kecanduan Internet
  • Kecanduan cybersex (Cybersex Addiction): internet pornography, adult chat rooms, adult fantasy role-play.
  • Kecanduan hubungan-cyber (Cyber-Relationship Addiction): kecanduan jejaring sosial, chat, text (sms) atau email.
  •  Net Compulsions: game online, judi online, permainan saham online, atau lelang online seperti eBay yang seringkali membawa konsekuensi masalah finansial atau masalah pekerjaan.
  • Kelebihan Informasi (Information Overload ): selancar online atau pencarian database secara kompulsif
  • Kecanduan Komputer: memainkan permainan komputer secara obsesif, seperti Solitaire atau Minesweeper, atau pemrogramn komputer secara obsesif

             Peristiwa diatas adalah contoh dari sekian banyak dampak negative dari kecanduan internet. Peristiwa pertama termasuk ke dalam dimensi-dimensi yang ada seperti Salience, Mood modification, Tolerance, Withdrawal symptoms, Conflict, Relapse. Untuk tingkat kecanduan pun sudah severe  karena Andi mengabaikan tugas utamanya sebagai seorang pelajar. Dalam control impuls termasuk kedalam kecanduan Net Compulsions.
             Peristiwa kedua termasuk ke dalam dimensi-dimensi yang telah dijelaskan, tingkat kecanduan pun sudah severe , control impuls dalam Net Compulsions. Tetapi dalam peristiwa kedua, remaja ini sedang mengalami kesenjangan dalam id, ego dan superego (Sigmund Freud). Id menginginkan untuk selalu mengakses dan bermain internet tetapi superego mengatakan bahwa itu salah. Akhirnya remaja tersebut menggunakan alternative ego yaitu memotong jari tangannya sendiri. 
            Menurut hemat saya, internet memang penting saat dimanfaatkan tidak secara berlebihan. Tetapi saat digunakan secara berlebihan maka akan berdampak negatif kepada kesehatan fisik dan psikologis. Buktinya adalah kedua contoh peristiwa yang sudah dijelaskan, pada peristiwa pertama berdampak negatif pada psikologisnya hingga dimasukan ke dalam RSJ Grogol sedangkan peristiwa kedua remaja tersebut harus dibawa ke RS karena jari tangannya yang dipotong. Dampak negatifnya pun tidak dirasakan diri sendiri tetapi lingkungan sekitar khususnya keluarga juga merasakan dampak negatif tersebut.

Sumber :