Free MusicNotes Cursors at www.totallyfreecursors.com
WELCOME TO MY BLOG

Jumat, 30 Oktober 2015

Teori Pavlov Classical Conditioning dan Teori Perkembangan Moral Kohlberg ( Psikologi Umum 1)

1. Contoh Teori Pavlov dalam Classical Conditioning
Desensitisasi Sistematis, Penerapan Teori Pavlov dalam Terapi Ketakutan pada Kucing
Teori Kondisioning Pavlov bisa digunakan untuk mengubah perilaku phobia. Prosedur yang disebut dengan desensitisasi sistematis ini, telah digunakan untuk menghilangkan phobia. Misalnya seseorang sangat takut dalam ujian. Ketakutan ini bisa saja disebabkan dirinya tidak menguasasi pelajaran. Apa yang dapat dilakukan agar ia bisa menjalani ujian tanpa merasa takut? Jawabannya adalah desensitisasi sistematis, suatu terapi yang dikembangkan oleh Joseph Wolpe, untuk menghalangi munculnya rasa takut dan menekan perilaku phobia. Desensitisasi melibatkan relaksasi selagi membayangkan peristiwa yang menyebabkan ketakutan.
Berasal dari penelitian terhadap binatang terapi Wolpe dikembangkan dari risetnya terhadap binatang. Ia memberi kejutan sekelompok kucing dalam sangkar mereka setelah mereka mendengar suara bel listrik. Terhadap kucing yang lain, ia memasangkan bel listrik dengan makanan dalam sangkar mereka dan kemudian memberi kejutan. Kedua kelompok kucing itu kemudian menunjukkan ketakutan yang ekstrim terhadap bel listrik; satu indikasi ketakutan mereka adalah penolakan mereka untuk makan ketika mendengar bel listrik. Jadi, selama ketakutan mencegah untuk makan, maka, menurut Wolpe, makan bisa menekan ketakutan. Wolpe kemudian menggunakan kontra kondisioning– yaitu proses pembentukan sebuah respon untuk melawan respon yang diperoleh sebelumnya, sebagai cara efektif yang berpotensi untuk mengobati perilaku phobia manusia. Awalnya, Wolpe memindahkan kucing yang takut pada bel dan lingkungan yang pernah ditempati kucing ketika ketakutan pada bel itu terbentuk, ke sebuah sangkar yang sangat berbeda dari sangkarnya dulu. Wolpe mengamati bahwa kucing-kucing itu makan dalam sangkar yang berbeda tanpa terlihat ketakutan selama dan sesudah makan. Wolpe menyimpulkan bahwa dalam lingkungan yang berbeda, respon makan mengalahkan respon ketakutan. Dalam sangkar yang berbeda, ketakutan dihilangkan. Alasan berkurangnya ketakutan yang dikondisikan dalam sangkar yang berbeda digeneralisir sebagai sangkar kedua. Ketika menggunakan proses kontra kondisioning, Wolpe menemukan bahwa pemunculan makanan dalam sangkar dengan cepat akan membalikkan ketakutan kucing.

   2. Contoh mengenai teori perkembangan moral dari Kohlberg
-          Tingkat 1 Moralitas Prakonvensional
Tahap 1 : Orientasi Kepatuhan dan Hukuman
Contoh :
a.       Siswa tidak mengerjakan tugas rumah maka akan mendapatkan sanksi oleh guru.
b.      Seorang siswa rajin belajar agar dia bisa menjadi juara kelas.
Tahap 2 : Orientasi Instrumental ( saling memberi dan menerima )
Contoh :
a.       Anak kecil mendapat peringkat di kelas maka orang tua nya memberikan hadiah.
b.      Siswa meminta bantuan kakaknya untuk mengerjakan pekerjaan rumah, jika kakak membantunya maka ia akan membantu kakaknya membersihkan rumah.

-          Tingkat 2 Moralitas Konvensional
Tahap 3 : Orientasi Anak Baik
Contoh :
a.       Anak berperilaku sopan dan santun kepada orang yang lebih tua.
b.      Seorang anak mengutamakan rasa kebersamaan dengan sahabat baiknya jika sahabatnya sedih maupun senang
Tahap 4 : Orientasi Mempertahankan Sistem
Contoh :
a.       Siswa mematuhi tata tertib sekolah dengan memakai seragam lengkap saat upacara bendera.
b.      Seorang pengguna jalan membawa STNK dan SIM saat berkendara untuk menaati peraturan lalu lintas .

-          Tingkat 3 Moralitas Pascakonvensional
Tahap 5 : Orientasi Kontrak Sosial
Contoh :
a.       Anak ikut membantu membersihkan lingkungan rumah supaya menjadi bersih dan menanamkan rasa gotong royong
b.      Seorang mahasiswa mengerjakan tugas dari dosen selain untuk memenuhi kewajibannya sebagai mahasiswa dia juga berharap untuk dapat memperoleh hasil study yang bagus.
Tahap 6 : Orientasi pada Prinsip Etika Universal
Contoh :
a.       Anak  bebas memeluk agama dan bertoleransi terhadap agama lain.
b.      Seorang hakim harus yang memberikan vonis kepada suatu perkara sesuai ketentuan hukum walaupun bertentangan dengan hati nuraninya.


Tidak ada komentar :

Posting Komentar