Free MusicNotes Cursors at www.totallyfreecursors.com
WELCOME TO MY BLOG

Kamis, 09 Juni 2016

Bioteknologi Dengan Pembiakan Seksual dan Aseksual



MATEMATIKA DAN ILMU ALAMIAH DASAR
BIOTEKNOLOGI DENGAN PEMBIAKAN SEKSUAL DAN ASEKSUAL
Disusun oleh :
Nama :  Tirsa Irene Debora Jonatan
NPM : 16515906
Kelas : 1PA09
Fakultas  : Psikologi

UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK
T.A. 2015 / 2016




Perkembangbiakan makhluk hidup ada dua cara yaitu seksual dan aseksual. Perkembangbiakan seksual adalah keterlibatan dua individu yang biasanya dilakukam jenis kelamin yang berbeda., sedangkan perkembangbiakan aseksual adalah melakukan reproduksi tanpa keterlibatan individu lain dari spesies yang sama.
Bioteknologi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah teknologi yang menyangkut jasad hidup; rekayasa genetika dan biologi molekul yang mendasarinya tidak cuma bergerak diseputar manusia. Setiap makhluk hidup mempunyai gen. Gen merupakan penentu sifat yang terdapat di dalam kromosom. Apabila gen ini berubah, maka sifat dari makhluk hidup juga berubah, sehingga banyak ahli yang memanfaatkan untuk mengubah gen dengan tujuan mendapatkan organisme baru yang memiliki sifat sesuai yang dikehendaki. Proses pengubahan gen-gen ini disebut dengan rekayasa genetika. Rekayasa Genetika adalah teknik yang dilakukan manusia mentransfer (memindah-kan) gen (DNA) yang dianggap menguntung-kan dari satu organism kepada susunan gen (DNA) dari organism lain. Rekayasa genetika adalah salah satu dari bioteknologi.
Kelemahan dan kelebihan Rekayasa genetika
Kelemahan teknologi rekayasa genetika Selain membawa dampak kurangnya zat gizi bagi ketersediaan makanan,membawa dampak negative antara lain pencemaran organik memerlukan biaya yang sangat tinggi. hingga rekayasa genetika, termasuk pada produksi benih transgenik, menjadi sulit untuk diterapkan pada tanaman buah.Termasuk kelemahan teknologi rekayasa genetika memerlukan biaya yang sangat tinggi. Hingga rekayasa genetika, termasuk pada produksi benih transgenik, menjadi sedikit sulit untuk diterapkan pada tanaman buah.
Kelebihan rekaysa genetika yaitu meningkatan hasil pertanian dan gizi produk makanan dan minuman Melestarikan hewan dan tumbuhan melalui kultur jaringan Memproduksi obat-obatan dengan cara rekayasa genetika. Juga sangat membantu untuk mendapatkan sifat yang di inginkan dengan bermacam variasi.
Dalam artikel ini, penulis ingin membahas tentang Bioteknologi Rekayasa Genetika Buah Jambu Tanpa Biji
a.        Tehnik Penciptaan Buah batu Tanpa Biji.
Beberapa cara telah dilakukan untuk teknik penciptaan buah tanpa biji diantaranya yaitu dengan teknologi penyilangan tanaman 2N dan 4N hingga menghasilkan tanaman triploid yang seedless, sinar radiasi, dan  menggunakan penyemprotan giberelin yang dilakukan pada bunga buah.Giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol promoter spesifik bagian polen). Pada saat bunga mekar di lakukan dengan tehnik menyemprotkan hormon giberellin yang di sebut dengan genetika partenokarpi.
Peluang munculnya buah dengan sifat yang diinginkan sangat tinggi, tapi teknik sulit dilakukan. Perlu ahli khusus untuk memasukkan gen tertentu. Selain itu, biayanya mahal,’ kata Dr Endang Gati Lestari, peneliti di BB-Biogen. Beda dengan radiasi yang peluang munculnya acak, tapi lebih mudah dan murah, serta tak ada kontaminasi bahan kimia.teknik penciptaan buah tanpa biji,tentu tidak hanya sekadar dengan teknologi penyilangan tanaman 2N dan 4N hingga menghasilkan tanaman triploid yang seedless.


·         Partenokarpi Alami

Partenokarpi dapat terjadi secara alami (genetik) pada beberapa jenis tanaman saja (terbatas), misalnya pada pisang (triploid), tomat, dan manggis. Partenokarpi dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu obligator dan fakultatif. Partenokarpi disebut obligator apabila terjadi secara alami (genetik) tanpa adanya pengaruh dari luar. Hal ini dapat terjadi karena tanaman tersebut secara genetik memiliki gen penyebab partenokarpi, misalnya pada tanaman pisang yang kebanyakan triploid. Tanaman triploid ini memiliki mekanisme penghambatan perkembangan biji atau embrio sejak awal, sehingga buah yang terbentuk tanpa biji. Sedangkan partenokarpi fakultatif apabila terjadinya karena ada faktor/pengaruh dari luar, misalnya pada tanaman tomat dapat terjadi pembentukan buah partenokarpi pada suhu dingin atau suhu panas(Agostino, 2005).
·         Partenokarpi Buatan
                           i.      Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh
Pada awal abad ke-19 telah diketahui bahwa polinasi tanpa fertilisasi dapat merangsang pembentukan buah. Kemudian, ekstrak polen diketahui pula dapat menginduksi pembentukan dan perkembangan buah. Berikutnya diketahui lagi bahwa auksin dapat menggantikan polinasi dan fertilisasi pada proses pembentukan dan perkembangan buah pada beberapa spesies tanaman.
Zat pengatur tumbuh (ZPT) lain, seperti giberelin dan sitokinin juga terbukti dapat menggantikan peran biji dalam perkembangan buah. Namun, untuk efisiensi partenokarpi perlu kombinasi atau pengulangan aplikasi ZPT tersebut. Zat pengatur tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kandungan auksin (IAA) endogen dalam bakal buah (ovary), baik setelah polinasi dan fertilisasi ataupun setelah aplikasi ZPT dari luar. Kadar auksin selama perkembangan bakal buah berbeda-beda untuk setiap tanaman, tetapi umumnya meningkat pada saat 20 hari setelah pembungaan (anthesis) baik pada bunga yang diserbuki atau yang disemprot auksin. Peningkatan kadar IAA pada bakal buah akan merangsang pertumbuhan dan perkembangan buah pada fase awal pembungaan. Mekanisme inilah yang mengilhami para ahli bioteknologi pertanian dalam pembentukan buah partenokarpi melalui rekayasa genetika.
                          ii.      Manipulasi Ploidi (Alteration in Chromosomes Number)
Partenokarpi dapat pula diinduksi secara genetik, yaitu melalui manipulasi jumlah ploidi (kromosom) pada tanaman. Hal ini dapat ditempuh dengan persilangan biasa dengan tanaman tetraploid (sebagai induk betina) menghasilkan hybrid (F1) triploid yang ternyata dapat menghasilkan buah partenokarpi tanpa biji (seedless). Pada tanaman triploid ini bakal biji (ovule) terhambat sejak awal perkembangannya, sehingga embrio tidak berkembang. Akibatnya tanaman hanya menghasilkan buah tanpa biji dengan integumen yang rudimenter (tidak berkembang).
                        iii.      Metode DNA Rekombinan (Rekayasa Genetika)
Pada beberapa tahun terakhir, beberapa metode telah dicoba dan dikembangkan untuk menghasilkan partenokarpi melalui rekayasa genetika tanaman. Pembentukan buah partenokarpi melalui teknik DNA rekombinan dapat ditempuh melalui dua pendekatan, yaitu (1) menghambat perkembangan embrio/biji tanpa mempengaruhi pertumbuhan buah dan (2) ekspresi fitohormon pada bagian ovary/ ovule untuk memacu perkembangan buah partenokarpi.
b.        Metode Pembentukan Buah Jambu batu Tanpa Biji
Beberapa jenis tanaman mempunyai kemampuan untuk membentuk buah tanpa melalui proses polinasi dan fertilisasi. Buah yang terbentuk tanpa melalui polinasi dan fertilisasi ini disebut buah partenokarpi. Buah partenokarpi dapat dibuat dengan memotong benang sari pada bunga yang siap mekar, sehingga dalam bunga itu hanya terdapat putik saja. Kemudian bunga tersebut ditutup dengan kapas lalu ditetesi dengan zat tumbuh seperti IAA atau GA. Penetesan IAA atau GA dilakukan setiap hari sampai tampak adanya perubahan secara morfologi (Anonim, 2009).
Jambu batu adalah tumbuhan dalam suku jambu-jambuan atau Myrtaceae yang berasal dari Asia Tenggara. Jambu air sebetulnya berbeda dengan jambu semarang (Syzygium Aqueum), kerabat dekatnya yang memiliki pohon dan buah hampir serupa. Beberapa kultivarnya bahkan sukar dibedakan, sehingga kedua-duanya kerap dinamai dengan nama umum jambu air atau jambu saja.(Anonim 2010).
Jambu batu tanpa biji,bisa diperoleh dengan menyemprotkan hormon giberellin pada bunga buah. Giberellin 20-oxidase yang diekspresikan pada bagian polen (serbuk sari) sebelum polinasi (di bawah kontrol promoter spesifik bagian polen).Pertumbuhan biji akan terhambat. Namun kelemahannya buah yang di hasilkan akan kecil-kecil. Tapi sebenarnya dengan rekayasa genetik dalam lab yang lebih rumit, DNA (Deoxyribonucleaic Acid) tanaman bisa direkayasa hingga bisa dihasilkan buah-buahan tanpa biji.
Aplikasi fitohormon sejenis auksin/ giberelin dapat menggantikan peran biji dalam merangsang pembentukan dan perkembangan buah.Penggunaan gen pengkode auksin, giberelin atau sitokinin (iaaM, iaaH atau ipt) dari Agrobacterium tumefaciens di bawah kontrol sequen regulator spesifik bagian ovary telah berhasil. Gen iaaM mengkode senyawa triptofan 2-monooxigenase yang akan meru-bah triptofan menjadi indoleaceta-mide (IAM), lalu menjadi indole acetic acid (IAA) dan amonia menggunakan promoter GH3 dari kedelai atau AGL5 (Agamous-like 5) dari Arabidopsis atau PLE36 dari tembaka. GH3 merupakan promoter inducible auksin di bagian ovary, AGL5 spesifik pada perkembangan karpela dan PLE 36 spesifik untuk ovary. Telah berhasil digunakan promoter bagian regulator defh9 (deficiens homologue 9) dari Antirrhinum majus untuk mengekspresikan gen iaaM (pengkode IAA) dari Pseudomonas syringae pv savastanoi pada bagian plasenta dan bakal biji. Gen kimerik defh9-iaaM ini telah berhasil menginduksi buah.
Zat pengatur tumbuh (ZPT), seperti giberelin dan sitokinin juga terbukti dapat menggantikan peran biji dalam perkembangan buah. Namun, untuk efisiensi partenokarpi perlu kombinasi atau pengulangan aplikasi ZPT tersebut. Zat pengatur tumbuh berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap kandungan auksin (IAA) endogen dalam bakal buah (ovary).
c.        Pembentukkan Buah Partenokarpi Pada Jambu Biji (Lambo Guava)
Jambu biji adalah salah satu tanaman buah jenis perdu, dalam bahasa Inggris disebut Lambo guava. Tanaman ini berasal dari Brazilia Amerika Tengah, menyebar ke Thailand kemudian ke negara Asia lainnya seperti Indonesia. Hingga saat ini telah dibudidayakan daerah Jawa.jambu biji termasuk salah satu contoh buah tanpa biji menggunakan rekayasa genetika.


Daftar Pustaka

Tidak ada komentar :

Posting Komentar